“Menyemai Inspirasi, Memupuk Motivasi, Memetik Generasi Kreatif”

Jumat, 28 September 2018

TRANSPORTASI DISRUPTIF MASA KINI, YO SUROBOYO BUS


Pada Rabu (26/9 2018) keinginan untuk mencoba naik Suroboyo Bus akhirnya tercapai juga. Meski awalnya rencana menikmati moda transportasi umum yang sangat “disruptif” ini bersama istri, anak, nenek dan adik saya. Ehhh, ternyata saya malah berangkat duluan bersama siswa-siswi saya di SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya sambil belajar literasi jurnalistik.
Seru dan menyenangkan, begitulah kesan yang saya dapatkan saat pertama naik Suroboyo Bus. Alat transportasi yang sangat kreatif, inovatif dan edukatif yang resmi diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 7 April 2018 dan dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya serta bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau, hemat saya memiliki daya tarik yang cukup besar bagi masyarakat untuk kembali menyukai alat transportasi umum serta meninggalkan kebiasaan memakai alat transportasi pribadi.
Kenapa bisa begitu?

Fasilitas Ramah dan Mewah
Pelayanan yang cukup ramah sejak dari bagian penukaran botol bekas untuk ditukarkan tiket sampai pelayanan di dalam bus serta penampilan Suroboyo Bus yang cukup keren dengan fasilitas yang cukup mewah dan canggih sangat penting dan memberikan kesan positif bagi penumpang. Dengan dilengkapi 12 CCTV sehingga penumpang merasa aman dari kemungkinan dijambret atau pelecehan, 43 halte Bus, kursi penumpang yang sudah diberikan tanda warna berbeda untuk permpuan, ibu hamil, lansia bahkan untuk penyandang disabilitas pun juga ada. Tombol darurat “panic bottom”, pintu otomatis dan cendela yang lebih lebar membuat penumpang dapat menikmati Kota Surabaya saat perjalanan.
Bahkan sistem perjalanan yang sudah terkoneksi langsung dengan Surabaya Intelejen Transportasi System (SITS) yang menjadikan Suroboyo Bus dapat melaju terus tanpa hambatan karena pada jarak beberapa meter sebelum traffic light maka lampu akan menyala hijau, sementara traffic light lainnya akan menyala merah merah sehingga waktu perjalanan semakin cepat dan memiliki akurasi yang tinggi

Keunggulan Transportasi Masa Kini
Era disruptif seperti sekarang, dimana inovasi dan kreativitas serta dukungan teknologi dalam menciptakan kreasi atau produk baru akan sangat berdampak pada perilaku masyarakat agar tertarik untuk mengikuti atau memilih produk yang ditawarkan, termasuk dalam hal ini Suroboyo Bus.
Citra transportasi umum yang terkenal not eye catching, panas, lambat, dan tidak teratur akan terbantahkan dengan hadirnya Suroboyo Bus. Desain interior dan eksterior yang gaul dan instagramable, fasilitas yang nyaman, mewah dan canggih, pelayanan yang humanis, perjalanan yang tepat waktu menjadi keunggulan bagi Suroboyo Bus.
Selain itu, keunggulan lain dari Suroboyo Bus yang sangat penting yaitu menjadi alat transportasi yang edukatif. Jika biasanya kita naik bus atau kendaraan umum lainnya dengan membayar uang, beda halnya dengan naik Suroboyo Bus. Kita cukup menukarkan 10 gelas plastik air mineral atau 5 botol plastik ukuran tanggung atau 3 botol plastik ukuran besar untuk dapat satu tiket buat sekali perjalanan.
Penukaran limbah botol plastik ini menjadi terobosan penting yang dilakukan oleh Pemkot dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk mendidik masyarakat agar cinta lingkungan. Karena kita tahu sendiri, menurut data Komunitas Nol Sampah Surabaya bahwa Kota pahlawan ini menghasilkan sampah plastik sebanyak 400 ton/hari.
Melalui keunggulan-keunggulan ini, tentu Suroboyo Bus akan menjadi salah satu pelopor moda transportasi disruptif masa kini yang dapat membuat masyarakat berbondong-bondong meninggalkan kebiasaan lamanya menggunakan transportasi pribadi kemudian beralih menggunakan transportasi umum. Yang dengan itu juga akan berdampak terhadap pengurangan volume kendaraan di jalan yang menyebabkan kemacetan dan polusi, karena menurut survey INRIX yang dilakukan selama tahun 2017, menunjukkan bahwa Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah jakarta, berada pada posisi 8 kota termacet di Indonesia. Dan tanda-tanda antusiasme masyarakat terhadap Suroboyo Bus pun terlihat dari membludaknya masyarakat yang ingin naik serta ditambahkannya armada dan bantuan Bus Tumpuk dari Bank Mayapada.

Yuk Naik Suroboyo /Bus!
Fasilitas yang ramah dan mewah serta keunggulan yang dimiliki Suroboyo Bus membuat saya dan warga Surabaya lainnya, bahkan mungkin warga dari luar Surabaya ketagihan untuk memanfaatkan Suroboyo Bus sebagai moda transportasi sehari-hari, bahkan juga untuk rekreasi edukasi bersama keluarga. Dan tentu Pemkot bersama Dinas perhubungan Kota Surabaya akan terus melakukan terobosan-terobosan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya.
Yuk kita naik Suroboyo Bus, ben Suroboyo Lancar lan Seger rek!

Senin, 13 Oktober 2014

Serius Gak Sih dengan Kurikulum 2013???


Sebenarnya Cita-cita kurikulum 2013 (K-13) yang ingin mempersiapkan pesertadidik agar memiliki sikap spiritual yang kokoh, sikap sosial yang ramah dan luwes, pengetahuan  yang luas dan kritis serta keterampilan yang mumpuni dan kreatif sangat relevan untuk menjawab tantangan bangsadalam persaingan global.

Problem Mendasar
Sejak K-13 secara resmi diujicobakan di beberapa sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  (Kemendikbud) sudah dikritik banyak pihak karena berbagai masalah mengenai kesiapan K-13 tersebut.

Bermula dari latar belakang perumusan kurikulum yang tanpa diawali riset dan evaluasi yang mendalam, proses sosialisasi yang singkat dan pelatihan yang belum merata sehingga sebagian guru belum siap dengan konsep mendasar perubahan kurikulum tersebut (http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/08/kurikulum-2013-benar-benar-ditelanjangi-di-kampus-unj-oleh-praktisi-pendidikan-549231.html.) sampai pada distribusi buku yang melewati batas waktu yang ditargetkan dan tersendat-sendat.  

Beberapa hari terakhir kontroversi terbaru pun muncul kembali mengenai  permasalahan  buku siswa yang diterbitkan oleh Kemendikbud. Buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA/MA/SMK kelas XI terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semester 1yang tertera di halaman 128-129 buku tersebut membahas mengenai pacaran sehat. Sebuah materi yang diluar kebiasaan dibahas di dunia pendidikan.

Di jejaring sosial Facebook tema ini begitu ramai dibicarakan. Seperti yang dimuat di  (http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/10/11442391/Gambar.Pelajar. Berjilbab. Jadi. Ilustrasi. Gaya. Pacaran. Sehat. di. Buku. Pelajaran. SMA. Diprotes), di halaman tersebut ada gambar pria berpeci dan perempuan berjilbab. Dalam pelajarannya dituliskan beberapa unsur gaya pacaransehat, seperti sehat fisiktanpa ada kekerasan dalam berpacaran, juga dilarang memukul, menampar, dan menendang. Selain itu, harus sehat secara emosional, sehat sosial, dansehat secara seksual.

Akun Facebook Ustaz Felix Siauw sampai me-mention Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh untuk lebih memperhatikan buku terbitan Kemendikbud tersebut.
"contoh materi 'pacaran sehat' yang ada di buku PJOK kelas 11 | yang dikeluarkan kemdikbud.go.id, bisa dilihat di gambar yang ter-attach.
kami menyapaikan hal ini karena khawatir dan sayang dengan generasi muda Muslim | kasihan dengan orangtua yang semakin berat amanahnya.
karenanya hal ini kami informasikan hal ini pada ayah @Mohammad_Nuh_ | semoga beliau berbaik hati menanggapi kerisauan ini."
Para pengguna Facebook juga menuangkan pendapatnya mengenai isi ajaran tersebut. Ada yang setuju, ada juga yang tidak.
Pemilik akun Facebook Sany Sahara menuliskan, "Di usia segini kan anak2 mulai tertarik dgn lawan jenis.... makanya dijelaskan mengenai hubungan yg sehat. Jangan terlalu sempit lah cara berfikirnya....
Memang dalam islam pacaran dilarang. tapi kita harus ingat kalau negara kita kan bukan negara islam ada agama lain. jadi saya rasa buku ini dibuat bukan berdasarkan satu agama saja. Tapi melihat perkembangan anak secara psikologis
ini salah satu pendapat org tua murid d sekolah anak sy pdhal sekolah islam."
Namun, komentar itu dijawab oleh pemilik akun Fawzia Hanum @Sany Sahara,
"Sebaiknya kita membiasakan yang benar mb, bukan membenarkan yang biasa.. ^__^
Kalau cara penyampaian aturan Islam itu dilakukan dgn baik dan disesuaikan dgn gaya anak remaja dan kondisi psikologinya, in sha Allah bisa dijalani..
Minimal mengurangi maksiat.. ^__^
Dan minimal mengetahui mana yg benar dan salah, mana yg diridhoi Allah dan yg tidak."
Sementara pemilik akun Dyah Widi Astuti menuliskan, "@mba sany sahara: memang negara ini bkn negara islam..dan buku ini bukan hanya untuk kalangan muslim saja..namun mengapa contohnya perempuan berhijabb?????????????"

Kontroversi buku PJOK ini semakin melengkapi kontroversi penerbitan buku Sejarah kebudayaan Islam  yang telah terjadi sebelumnya dimana masalah tersebut juga mendapatkan kritik keras dari masyarakat sehingga ditarik kembali oleh pemerintah.

Usaha Serius
Permasalahan mengenai content buku PJOK tersebut menjadi kritik yang sangat keras bagi Kemendikbud untuk berbenah dan lebih serius mengelola pendidikan di negeri ini. Beberapa hal yang mendesak untuk segera dilakukan yaitu; pertama, segera menarik buku PJOK kelas XI tersebut untuk direvisi karena sangat menyinggung ummat Islam.Gambar kartun lelaki berkopiah dan perempuan berhijab itu sangat identik dengan umma tmuslim, sementara dalam Islam tidak ada perintah berpacaran, bahkan istilah pacaran sekalipun. Kedua, melakukan seleksi yang ketat dan serius terhadap buku-buku yang akan diterbitkan karena memiliki dampak yang besar terhadap pembaca. Ketiga, membuat regulasi yang ketat dan tegas terhadap penerbit yang akan menjadi rekanan dalam pembuatan dan penerbitan buku, kalau perlu penerbit harus memiliki tim ahli termasuk di bidang agama. Empat, karena buku itu sudah tersebar dan dibaca masyarakat luas, Kemendikbud diharapkan membuat surat edaran kepada guru-guru PJOK untuk memberikan penjelasan yang benar terkait materi “pacaran sehat” yang terdapat pada buku PJOK tersebut pada siswa-siswinya.

Keseriusan penyelenggara pendidikan sangat penting untuk tetap mengawal arah pendidikan Indonesia tetap berjalan di rel yang benar serta demi kesiapan generasi muda kita dalam menyongsong masa depan seperti yang disampaikan oleh Franklin D Roosevelt, Kita tidak selalu bisa membangun masa depan bagi generasi muda. Tapi kita bisa membangun generasi muda untuk masa depan.

Menyemai Optimisme Melalui Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia

Realitas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wilayah yang luas dan secara geografis maupun sosiokultural sangat heterogen, pada beberapa wilayah peyelenggaraan pendidikan masih terdapat berbagai permasalahan, terutama pada daerah yang tergolong terdepan, terluar, dan tertinggal (daerah 3T).
Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, utamanya di daerah 3T antara lain adalah permasalahan pendidik, seperti kekurangan jumlah (Shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification),  kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched). Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah dan yang paling urgen yaitu masalah kedisiplinan Tenaga Pendidik dalam melaksanakan tugas mendidiknya serta distorsi distribusi dan penggunaan dana pembangunan pendidikan (BOS, dll).
Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T, adalah Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Program-program tersebut merupakan jawaban untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di daerah 3T.
Program SM-3T sebagai salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru, untuk ditugaskan selama satu tahun pada daerah 3T. Program SM-3T dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa, agar dapat maju bersama mencapai cita-cita luhur seperti yang diamanahkan oleh para pendiri bangsa Indonesia.

Urgensi dan Problem MBMI
Memasuki usianya yang keempat, program SM-3T yang digagas oleh Pemerintah dengan  mengirimkan lebih kurang tiga ribu sarjana-sarjana terpilih dari proses seleksi di berbagai daerah mulai sabang sampai merauke telah sangat membantu beberapa permasalahan mendasar dunia pendidikan yang ada di daerah 3T. Akan tetapi ada beberapa hal yang masih mengganjal di benak kami.
Pertama, diakui atau tidak, program SM-3T ini telah banyak menyemai inspirasi, motivasi dan optimisme kepada seluruh anak bangsa yang ada di celah-celah negeri.  Mata berbinar, senyum merekah, canda-tawa kembali semerbak dari anak-anak itu dalam menuntut ilmu ditengah keterbatasannya. Tidak ada kesia-siaan dari perjalanan jauh mereka dari rumah menuju sekolah yang berjalan dengan sepatu robek-robek bahkan banyak juga yang menggunakan telapak kaki tanpa sekat sebagai alas untuk melewati jalanan terjal dan berbatu.
Perserta pun bisa melakukan simbiosis mutualisme dengan masyarakat setempat dalam hal budaya dan keterampilan. Hal ini dikarenakan di tempat tugas peserta juga melakukan kegiatan sosial seperti pelatihan pengolahan sumber daya alam yang melimpah di daerah tersebut, semisal pengolahan kolang-kaling, pengolahan bekicot, pengolahan kedelai menjadi tempe, pengolahan singkong menjadi tape, dll.
Akan tetapi ada pertanyaan mendasar yang ada di benak saya,“1) Seberapa efektif program ini dalam membangun budaya positif di sekolah dan daerah-daerah yang berdampak sitemik sehingga tidak ada lagi guru-guru yang tidak masuk sekolah, dana untuk siswa dan perbaikan sekolah benar-benar disalurkan? 2) Seberapa serius monev yang dilakukan sehingga ada rekomendasi yang valid, sistematis dan terukur dalam rangka perbaikan dan percepatan kualitas pendidikan di daerah tersebut serta mampu melakukan pemetaan sekolah sasaran sehingga sekolah yang ditempati tepat sasaran? 3) Seberapa serius pengelola mendidik kami jika masih ada kuitansi kosong yang disodorkan pada kami untuk kami tandatangani dan memberikan jawaban yang normative dan apologis ketika berdialog?
Kedua, tentang program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut hemat saya, program tersebut memiliki dua peran vital untuk mencetak pendidik yang berkualitas. Fungsi pertama yaitu sebagai instrumen untuk menyeleksi calon tenaga pendidik yang saat ini jumlahnya begitu besar, kedua sebagai instrumen untuk menggodok calon pendidik yang telah lolos seleksi tersebut agar terjamin kualitasnya.
Menjadi rahasia umum bagaimana pendidikan di Indonesia telah menjadi komoditi ekonomi yang sangat menggiurkan (orang tidak kuliah bisa dapat ijazah asal bisa bayar) untuk mengumpulkan uang. Sehingga memunculkan pertanyaan yang sangat rasional, “Mampukah kampus abal-abal tersebut menghasilkan tenaga pendidik yang berintegritas dan memiliki intelektualitas yang luas untuk mendidik anak bangsa ini?”.
Dampak positif dari penyelenggaraan program PPG tersebut tetap memunculkan beberapa pertanyaan mendasar. 1) Standar seperti apa yang ditetapkan pemerintah agar sebuah LPTK bisa menyelenggarakan PPG (status akreditasi Jurusan, tenaga pendidik, keberadaan fasilitas gedung kuliah dan asrama, dll? 2) Standar seperti apa yang ditetapkan oleh pemerintah dalam penyelenggaraan PPG (pengelolaan proses pembelajaran dan Pendanaan) pada setiap LPTK? 3) Kurikulum seperti apa yang diterapkan oleh pemerintah dalam penyelanggaraan PPG?.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kami munculkan sebagai upaya untuk menjawab kondisi riil yang terjadi di lapangan bahwa sebuah LPTK memiliki gedung kuliah PPG sendiri tapi LPTK yang lain belum. Di sebuah LPTK proses pembelajaran berjalan begitu manusiawi, pengelolaan anggaran begitu terbuka sementara di LPTK lainnya berjalan sebaliknya (sampai-sampai ada peserta yang mogok makan hingga mengalami kecelakaan). Kemudian pelaksanaan PPG bagi PGSD yang berlangsung selama 1 semester dan Non PGSD 2 semester, proses pembelajaran yang berupa workshop selama 1 semester dan PPL 1 semester bagi non PGSD tapi ketika Ujian Tulis Nasional (UTN) dimana pertanyaan yang diajukan berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan.

Tidak Banyak Minta
Sebagai putra bangsa tentu kami sadar diri. Problematika bangsa ini tak mungkin diselesaikan sendiri, pun tak boleh banyak mengeluh dan pasrah diri. Kami harus tetap optimis, semangat dan terus mengupgrade diri sebagai tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan bangsa.
Tapi tetap ada sebuah harapan yang ingin kami sampaikan. Harapan agar kita semua tidak durhaka dengan menyia-nyiakan kasih sayang Ibu Pertiwi, harapan agar kita  menjaganya dengan penuh kasih sayang. Jangan sampai pada saatnya nanti kita dikutuk atas keserakahan dan ketamakan kita padanya. Mari bersama Mencerdaskan Indonesia dengan sungguh-sungguh dan setulus hati. Karena negeri ini tidak kekurangan orang-orang yang cerdas dan pandai, yang kurang hanyalah orang-orang yang sungguh-sungguh dan tulus berkarya. Kulo Tresno Indonesia.

Minggu, 12 Oktober 2014

Pendidikan Indonesia: Realitas dan Ihtiar Perbaikan



Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang urgen bagi pembangunan suatu bangsa. Tidak ada Negara Maju di dunia ini yang tidak diawali dari pembangunan kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM) melalui penyelenggaraan Pendidikan yang berkualitas. Barangkali tidak ada diantara kita yang tidak setuju bahwa pendidikan mempunyai peranan besar dalam pembangunan suatu bangsa. Berdasarkan keyakinan itu kita melaksanakan percepatan dan perluasan pendidikan melalui aneka program pendidikan, dengan negara sebagai penjurunya dan masyarakat  berpartisipasi aktif.

Cita-cita Luhur
Sejak awal bangsa ini berdiri, komitmen terhadap dunia pendidikan telah begitu besar. Dalam pembukaan UUD ’45 disebutkan bahwa, “… untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan..”, yang kemudian diperjelas dalam pasal (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai kajian dibanyak negara membuktikan kuatnya hubungan antara pendidikan yang merupakan sarana pengembangan sumberdaya manusia dengan tingkat perkembangan suatu bangsa.

Realitas Kekinian
Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di ruang kelas. Secara kuantitas, jumlah guru di Indonesia cukup memadai. Namun secara distribusi dan mutu, pada umumnya masih rendah.  Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Keadaan ini cukup memprihatinkan, dengan prosentase lebih dari 50% di seluruh Indonesia.
Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian,  lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Dari data Teacher Employment & Deployment, World Bank 2007 Distribusi Guru tidak merata. 21% sekolah di perkotaan kekurangan Guru. 37% sekolah di pedesaan kekurangan Guru. 66% sekolah di daerah terpencil kekurangan Guru dan 34% sekolah di Indonesia yang kekurangan Guru. Sementara di banyak daerah terjadi kelebihan Guru.
Mengenai kedisiplinan, kehadiran guru untuk melaksanakan tanggung jawab mendidik dan mengajar kepada peserta didiknya mungkin berbeda setiap daerah. Di Indonesia bagian barat, ketidakhadiran guru di sekolah untuk mengajar akan sangat mudah untuk dilihat, dikoreksi dan ditindak. Tetapi untuk wilayah Indonesia Timur, dibutuhkan pengawasan ekstra dan ketegasan untuk memperbaiki tingkat kedisiplinan guru dalam melaksanakan tanggungjawab mengajarnya. Bagaimana mungkin kualitas peserta didik bisa ditingkatkan bila tenaga pendidiknya saja sangat jarang melaksanakan tugas mengajarnya, sementara di sekolah-sekolah yang tenaga pendidiknya begitu tertib masih kesulitan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hal ini seharusnya menjadi salah satu titik berat perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, mengingat semakin majunya suatu negara bermula dari pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas bermuara dari pembelajaran yang berkualitas, pembelajaran yang berkualitas dimulai dari pengajar yang berkualitas pula.
Selain permasalahan tenaga pendidik yang masih belum merata derevasinya, kualitas dan kedisiplinan yang masih perlu ditingkatkan, permasalahan mengenai supervisi juga perlu untuk dicermati. Pelaksanaan supervisi yang masih belum berjalan secara optimal semisal kurang dijalankan secara rutin, terkesan formalistis (yang penting ada tanpa menyentuh hal yang subtansial) sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap perbaikan kualitas tenaga pendidik menjadi masalah yang urgen untuk segera disikapi.

              Kearifan dalam Perbaikan Pendidikan Indonesia
Sah-sah saja apabila kita memiliki cita-cita yang besar untuk memajukan bangsa ini yang salah satu caranya dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Melakukan standarisasi di semua daerah melalui penyelenggaraan UN untuk menilai kualitas peserta didik mulai dari sabang sampai merauke. Tapi apakah kita pernah turun, menyelam ke bawah? melihat realitas yang terjadi di akar rumput. Melihat kenyataan bahwa disatu sisi seorang siswa bisa belajar di gedung yang mewah ber AC dengan lebih dari 3 buku referensi untuk 1 pelajaran, menikmati berbagai varian teknologi yang mendukung proses pembelajaran lewat berbagai laboratorium yang ada, sementara disisi yang lain seorang siswa belajar di sebuah gubuk tanpa lantai, buku pelajaran tak ada dan hanya bisa mendengarkan suara kicauan burung di tengah hutan yang masih alami.
Dari sini kita menyadari bahwa,  menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk turun ke bawah, melihat realitas sosial yang jauh panggang daripada api. Negeri ini begitu luas, banyak hal yang bisa kita pelajari dan maknai agar jika suatu saat nanti kita berada di atas, kita tidak angkuh dan represif terhadap masyarakat bawah. Ibarat seorang nelayan, mereka turun menyelam mencari ikan, terkadang larut malam pun mereka sudah menyatu dengan dinginnya air laut. Mungkin ada nelayan yang memiliki perahu dan jaring untuk menangkap ikan. Mereka duduk diatas perahu kemudian menarik jaring dengan mesin jika dirasa sudah banyak ikan yang terjaring. Tapi itu hanya sebagian kecil, sebagian yang lain yang lebih banyak tetap harus terjun ke laut untuk mengangkat jaring yang sudah dipenuhi ikan ke atas perahu.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini yaitu, 1). Menyelengggarakan pendidikan dalam rangka mempersiapkan tenaga pendidik (di kampus) secara serius, fair dan positif sehingga kampus bukan menjadi lembaga yang meramaikan komodifikasi pendidikan (tidak pernah kuliah tapi dapat ijazah asal bisa bayar) tapi menjadi rumah produksi tenaga pendidik yang memiliki kesadaran kritis terhadap problematika pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan. 2) memperbaiki system rekrutmen tenaga pendidik sehingga menghilangkan praktik KKN. 3) pemetaan yang jelas terhadap kebutuhan tenaga pendidik sehingga lebih tepat sasaran dan merata distribusinya. 4). Mengggiatkan diklat-diklat agar keterampilan tenaga pendidik semakin terasah. 5). Penguatan supervisi, sehingga transfer keilmuan dan pengetahuan yang telah dilakukan bisa terukur pengaruh dan perkembangannya. Semuanya dilakukan demi membentuk tenaga pendidik yang ideal, tenaga pendidik yang memiliki kompetensi/ kualitas keilmuan yang baik, kemampuan komunikasi atau penyampaian materi yang baik terhadap peserta didik, serta mampu melakukan transfer nilai-nilai yang positif kepada peserta didik (tidak hanya transfer ilmu).
Negeri ini tidak kekurangan tenaga ahli untuk melakukan sebuah perubahan, perlu kesungguhan dan kesesuaian antara ucapan dan tindakan (teladan yang baik) untuk menyelesaikan semua permasalahan ini. Ditengah keterbatasan yang mengelilingi kita, ternyata masih ada harapan diseberang sana. Itu dapat kita gapai asal kita mau berusaha keras untuk mencapainya, memang awalnya terasa berat tapi setelah itu kita akan bahagia menikmatinya.
Barangkali ini yang bisa menjadi refleksi bagi kita semua, khususnya para elit negeri ini bahwa kita harus sadar bahwa pendidikan memliki urgensi yang luar biasa besar bagi kemajuan bangsa ini, dana yang dikelola tidak sedikit oleh karena itu harus lebih serius, lebih fokus dan komitmen. Harus sering-sering turun ke masyarakat untuk melihat kondisi yang sebenarnya, menjalankan tanggung jawab monitoring dan evaluasi (monev) serta pendampingan dengan baik, lebih bersemangat dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada, tidak hanya memberikan jawaban-jawaban yang normatif dan apologis. Kami percaya bahwa anak-anak bangsa ini akan benar-benar menjadi “Generasi Emas Indonesia” jika kita semua benar-benar serius mandampingi dan menjembatani cita-cita besar mereka.

Selasa, 16 September 2014

7 Prinsip Sukses Menjadi Pemimpin



Menjadi pemimpin memang tak mudah. Karena itu, hanya sedikit orang yang mencapai puncak dan bisa terus dikenang hingga kini. Sebenarnya, faktor apa saja yang dimiliki para pemimpin puncak hingga bisa jadi "legenda"?

Kita semua sebenarnya tercipta sebagai pemimpin. Minimal, memimpin diri kita masing-masing. Namun sayangnya, memimpin diri sendiri pun, masih sering mengalami kendala. Mulai dari membiarkan pikiran negatif muncul, memelihara sikap miskin mental, dan berbagai hal kurang baik lainnya. Padahal, dengan mengubah cara pandang saja, berpikiran selalu positif, mengembangkan kekayaan mental, akan mampu menjadikan kita sebagai pemimpin yang mumpuni.

Jika memimpin diri sendiri berhasil kita lampaui, maka menjadi pemimpin dalam arti sebenarnya juga mengandung tantangan yang tak kalah hebatnya. Hanya mereka yang mampu, mau, dan bersedia terus maju, yang akan jadi pemimpin hebat di bidangnya. Dan, sebenarnya, kita pun bisa mencapainya. Bagaimana caranya? Berikut tujuh kriteria penting yang harus dimiliki seseorang agar jadi pemimpin unggulan, yang disarikan dari buku best-seller Paul B. Thornton: Leadership: Best Advice I Ever Got.

1. Pemimpin mampu menjadikan segalanya nyata. Seorang pemimpin haruslah memiliki semangat dan kemauan keras untuk mewujudkan keinginannya menjadi nyata. Untuk itu, pemimpin pasti memiliki sikap seorang do-ers alias mengutamakan action. John Baldoni, pendiri Baldoni Consulting LLC, mendapat nasihat agar menjadi orang yang tekun dari ayahnya. Sementara, sang ibu mengajarkan untuk tidak melupakan kasih sayang. Karena itu, pemimpin yang baik selain berusaha mewujudkan ambisi, juga tidak melupakan para pendukungnya.

2. Pemimpin mendengarkan dulu, baru memimpin. Steven Covey pernah menyebut, Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga dan satu mulut. Ini berarti, kita sebenarnya diperintahkan untuk lebih banyak mendengar daripada berkata-kata. Cordia Harrington, Presiden dan CEO dari Tennessee Bun Company menyebutkan, sebagai pemimpin agar mengutamakan untuk memahami lebih dulu, dibanding keinginan untuk dipahami.

3. Pemimpin menjawab pertanyaan dengan jelas dan terarah. Ada tiga pertanyaan mendasar yang biasanya ditanyakan anak buah: Ke mana kita akan mengarah? Bagaimana kita mencapainya? Apa peran saya? Menurut Kevin Nolan, President & Chief Executive Officer dari Affinity Health Systems, Inc, kemampuan menjawab dengan jelas dan terarah dari ketiga pertanyaan tersebut akan jadi indikator sukses tidaknya seorang pemimpin.

4. Pemimpin menguasai visinya sehingga mampu bekerja di mana dan kapan saja di segala kondisi. Debbe Kennedy, President, CEO dan pendiri Global Dialogue Center and Leadership Solutions Companies, menyebutkan bahwa dunia terus berubah. Maka, seorang pemimpin harus menguasai perubahan dengan mengetahui secara pasti tujuannya. Untuk itu, seorang pemimpin harus membekali diri dengan beberapa hal, yakni: kemampuan mewujudkan ide-ide, membangun rencana yang terarah, pandai mengeksekusi, berorientasi hasil terbaik di setiap waktu.

5. Pemimpin selalu penuh keingintahuan. Hal ini akan mendorong dirinya menjadi orang yang selalu haus akan informasi terbaru dan terus melakukan pengembangan berkelanjutan. Menurut Mary Jean Thornton, mantan CIO (Chief Information Officer) dari The Travelers, semua perkembangan didasari oleh kemajuan berpikir. Karena itu, di perusahaannya, ia selalu membiasakan diri dan anak buahnya untuk selalu berpikir kreatif dan menantang untuk membangun masa depan.

6. Pemimpin selalu mendengar dari dua sisi. Seperti yang sudah disebutkan, kemampuan mendengar dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Namun, tak cukup hanya jadi pendengar. Informasi yang didapat harus meliputi semua sisi. Karena itu, seorang pemimpin andal tak lantas percaya begitu saja dengan penuturan satu sisi. Ia harus mampu menggali dan "mendengar" dari sisi lain sehingga bisa melakukan tindakan yang objektif. Brian P. Lees, senator dari negara bagian Massachusetts, AS menyebutkan pentingnya untuk bergaul dengan semua kalangan. Mulai dari profesor sampai anak-anak sekolah, dari pemimpin lain hingga rakyat biasa.

7. Pemimpin pasti selalu memiliki persiapan, persiapan, dan persiapan. Ada satu pepatah mengatakan, jika Anda gagal membuat rencana, maka Anda sedang merencanakan untuk gagal. Ini mengandung makna, bahwa persiapan menyeluruh, dimulai dari rencana yang matang dan tindakan yang terarah, akan jadi indikator pertama tentang sukses tidaknya kepemimpinan kita. Tak heran, jika ada idiom, persiapan adalah ilmu untuk meraih kemenangan. Untuk itu, mutlak kiranya seseorang pemimpin menyiapkan segala hal (termasuk dengan rencana cadangan) agar mampu mencapai sukses yang didambakannya.

Source : Andrie Wongso